Tuesday, September 2, 2014



MAKALAH PENELITIAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
       Kodok (berasal dari bahasa Inggris) dan katak alias bangkong adalah hewan amfibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai kodok dan katak karena bentuknya yang lucu, kerap melompat-lompat, tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan. Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap kodok.
       Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering, dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya.

1.2.Tujuan
    Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui beberapa hal tentang kodok dan katak
Yakni:
a. Jenis-jenis kodok dan katak
b. Kehidupan kodok dan katak
c. Habitat dan Makanan Kodok
d. Reproduksi kodok dan katak
e. Mamfaat kodok dan katak bagi manusia

1.3.Rumusan Masalah
    Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah tentang mamfaat kodok bagi manusia adalah:
Diantaranya:
 Jenis-jenis kodok dan katak
 Kehidupan kodok dan katak
 Habitat dan Makanan Kodok
 Reproduksi kodok dan katak
 Mamfaat kodok dan katak bagi manusia

1.4. Hipotesis
    Hipotesis penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara meneliti langsung ke sumber masalah, yakni tempat berkembang biaknya kodok dan katak.

1.5. Metodologi  (alat bahan dan langkah-langkah penelitian)
    Dalam penyusunan makalah ini metodologi yang digunkan adalah dengan meneliti langsung ke sawah-sawah tempat berkembangbiaknya kodok dan katak di samping tentu saja menggunakan metode perpustakaan sebagai referensi ilmiah.
Alat dan bahan:
• lingkungan sekitar,
• sawah-sawah,
• sungai, kodok,
• dan media internet.


1.6. Hasil penelitian:
Manfaat kodok bagi manusia
    Sudah sejak lama kodok dikenal manusia sebagai salah satu makanan lezat. Di rumah-rumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok.
Katak berperan sangat penting sebagai indikator pencemaran lingkungan. Tingkat pencemaran lingkungan pada suatu daerah dapat dilihat dari jumlah populasi katak yang dapat ditemukan di daerah tersebut. Latar belakang penggunaan katak sebagai indikator lingkungan karena katak merupakan salah satu mahluk purba yang telah ada sejah ribuan tahun lalu. Jadi katak tetap exist dengan perubahan iklim bumi. Tentunya hanya pengaruh manusialah yang mungkin menyebabkan terancamnya populasi katak. Salah satunya adalah pembuangan limbah berbahaya oleh manusia ke alam. Limbah berbahaya inilah yang bisa mengancam keberadaan katak pada daerah yang tercemar. Selain itu, karena pentingnya kedudukan katak dalam rantai makanan, maka pengurangan jumlah katak akan menyebabkan terganggunya dinamika pertumbuhan predator katak. Bahkan terganggunya populasi katak dapat berakibat langsung dengan punahnya predator katak.
Akan tetapi yang lebih mengancam kehidupan kodok sebenarnya adalah kegiatan manusia yang banyak merusak habitat alami kodok, seperti hutan-hutan, sungai dan rawa-rawa. Apalagi kini penggunaan pestisida yang meluas di sawah-sawah juga merusak telur-telur dan berudu katak, serta mengakibatkan cacat pada generasi kodok yang berikutnya.
BAB II


PEMBAHASAN
2.1. Jenis-jenis kodok dan katak
2.1.1.Beberapa jenis kodok yang umum didapatkan di Indonesia, di antaranya adalah
• bangkong bertanduk (Megophrys montana), di gunung-gunung
• bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), di hutan
• bangkong sungai (Bufo asper), di sekitar sungai
• bangkong kolong (B. melanostictus), di lingkungan rumah
• belentung (Kaloula baleata)
• kongkang kolam (Rana chalconota), di sekitar kolam, saluran air dan sungai
• kongkang gading (Rana erythraea), di kolam dan telaga
• bancet hijau (Occidozyga lima), di sawah-sawah
• kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), di sawah dan tegalan
• kodok sawah (Fejervarya cancrivora), di sawah dan pematang
• kodok batu (Limnonectes macrodon), di sekitar sungai dan saluran air di kebun
• katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax), di dekat kolam dan genangan di kebun
• precil jawa (Microhyla achatina)
2.1.2. Kodok hutan:
• kongkang racun (Rana hosii), di hutan pedalaman
• kodok-puru hutan (Ingerophrynus biporcatus)
• katak kepala-pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis), berstatus terancam kepunahan, satu-satunya kodok yang tidak berparu-paru
• bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), di tepi sungai atau aliran air
2.1.3. Berikut adalah beberapa jenis kodok yang berstatus kritis dan terancam di Indonesia.
• kodok merah (Leptophryne cruentata), berstatus kritis, endemik Jawa Barat
• kodok pohon ungaran (Philautus jacobsoni), kritis, endemik hutan Jawa Tengah
• kongkang jeram (Hula masonii), berstatus rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
• kodok pohon mutiara (Nytixalus margaritifer), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
• kodok pohon kaki putih (Philautus pallidipes), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
• kodok pohon jawa (Rhacophorus javanus), rentan, endemik Taman Nasional Gunung Halimun
• Bufo valhallae, endemik di Pulau Weh.
2.2. Kehidupan kodok dan katak
    Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil.Sekali bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong (b. Inggris: tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil.
Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
2.3. Habitat dan makanan
    Kodok dan katak hidup menyebar luas, terutama di daerah tropis yang berhawa panas. Makin dingin tempatnya, seperti di atas gunung atau di daerah bermusim empat (temperate), jumlah jenis kodok cenderung semakin sedikit. Salah satunya ialah karena kodok termasuk hewan berdarah dingin, yang membutuhkan panas dari lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga metabolisme tubuhnya.
Amerika Tengah.
    Hewan ini dapat ditemui mulai dari hutan rimba, padang pasir, tepi-tepi sungai dan rawa, perkebunan dan sawah, hingga ke lingkungan pemukiman manusia. Bangkong kolong, misalnya, merupakan salah satu jenis katak yang kerap ditemui di pojok-pojok rumah atau di balik pot di halaman. Katak pohon menghuni pohon-pohon rendah dan semak belukar, terutama di sekitar saluran air atau kolam.
Kodok memangsa berbagai jenis serangga yang ditemuinya. Kodok kerap ditemui berkerumun di bawah cahaya lampu jalan atau taman, menangkapi serangga-serangga yang tertarik oleh cahaya lampu tersebut.
Sebaliknya, kodok juga dimangsa oleh pelbagai jenis makhluk yang lain: ular, kadal, burung-burung seperti bangau dan elang, garangan, linsang, dan juga dikonsumsi manusia.
Kodok membela diri dengan melompat jauh, mengeluarkan lendir dan racun dari kelenjar di kulitnya; dan bahkan ada yang menghasilkan semacam lendir pekat yang lengket, sehingga mulut pemangsanya akan melekat erat dan susah dibuka.
2.4. Reproduksi
Pada saat bereproduksi katak dewasa akan mencari lingkungan yang berair. Disana mereka meletakkan telurnya untuk dibuahi secara eksternal. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal dengan metamorfosis. Tidak seperti telur reptil dan burung, telur katak tidak memiliki cangkang dan selaput embrio. Sebaliknya telur katak hanya dilindungi oleh kapsul mukoid yang sangat permeabel sehingga telur katak harus berkembang di lingkungan yang sangat lembab atau berair.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.

3.2. Kritik dan Saran
• Untuk masyarakat: agar lebih menggali kekayaan sekitar untuk pemamfaatan budidaya kehidupan manusia di masa mendatang.
• Untuk sekolah: meningkatkan bahan-bahan buku pustaka untuk mendukung penelitian para siswa di sekolah.
• Untuk siswa-siswi: agar lebih giat dalam belajar agar kelak menjadi generasi yang bisa diharapkan.

No comments:

Post a Comment